Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Sasando nyaris punah. Generasi muda mulai meninggalkannya. Tidak ada generasi yang bersedia meneruskan. Atau memang, mereka sudah males. Kendati demikian, masih ada segelintir orang yang tetap ingin mempertahankan alat musik dari Rote, Nusa Tenggara Timur. Mereka ini disebut: generasi terakhir Sasando Rote.
Dia bentuknya seperti gitar, tapi bukan gitar. Seperti biola, juga bukan biola. Mirip kecapi, juga bukan kecapi. Cuma penggunaannya nyaris sama: dipetik. Namanya Sasando. Dia adalah sebuah alat instrumen petik musik. Asalnya dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Secara harfiah, sasando kata penduduk asalnya diambil dari bahasa Rote, sasandu. Artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Hmm, lama juga.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang dibuat dari bambu. Bagian tengahnya melingkar dari atas ke bawah dan diberi ganjalan-ganjalan. Kemudian diberi dawai-dawai atau istilah modern senar-senar. Senar itu direntangkan di tabung, dari atas ke bawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan inilah yang memberi nada berbeda pada setiap petikan senar.
Tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah inilah yang menjadi tempat resonansi sasando. Unik bukan.
Sasando dimainkan dengan dua tangan dari arah yang berlawanan, dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri. Tangan kiri berfungsi untuk memainkan melodi dan bass, sedangkan tangan kanan bertugas memainkan accord. Ini yang unik dari sasando. Dia berbeda dengan alat musik lainnya. Seorang pemain sasando dapat memainkan sekaligus melodi, bass dan accord.
Sayang, keunikan alat ini nyaris punah. Rata-rata generasi Rote tidak mau lagi memainkan alat musik tersebut. Katanya sudah kuno, usang, tidak berseni. Mereka beranggapan bahwa Sasando adalah sampah kebudayaan, tidak layak pakai. Sekarang, jamannya musik modern.
Itu pikiran yang keliru. Meski sasando sudah jarang dimainkan, namun di NTT sana masih dapat ditemui komunitas pecinta sasando. Mereka menamakan diri: bamaen (pemain) sasando. Jumlahnya tidak banyak. Cuma segelintir. Justru jumlah segelintir itulah yang membuat mereka dihargai dunia. Mereka-mereka inilah cikal bakal saksi kebudayaan leluhur yang hampir punah.
Selengkapnya
manful 08 Sep, 2011
--
Source: http://kaskus-forum.blogspot.com/2011/09/di-indonesia-cuma-ada-8-orang-mahir.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 komentar on Di Indonesia, Cuma Ada 8 Orang Mahir Sasando Rote :
Post a Comment and Don't Spam!