Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Mantan Menlu AS Kissinger baru saja menerbitkan sebuah buku setebal hampir 600 halaman berjudul "On China", dan segera menjadi sorotan berbagai media, Harian Guardian Post dari Inggris,The New York Times dan Wall Street Journal dari AS pun menerbitkan resensi terhadap buku ini. Namun justru memberi banyak kritik bagi Kissinger. Buku ini lagi-lagi menunjukkan yang dimaksud dengan "mahir soal Tiongkok" yang disebut dunia Barat, sebagian besar justru "tidak mahir soal Tiongkok".
Setidaknya terdapat 4 poin yang patut dikritik dan dibahas dari buku Kissinger, On China. Pertama, ia menggunakan kebudayaan Tiongkok untuk menjelaskan bangkitnya partai komunis di RRT, menekankan betapa sejarah Tiongkok berpengaruh pada hubungan diplomatik Beijing dan juga sikap Beijing terhadap negara Barat, dan jika ingin memahami para pemimpin PKT, maka harus terlebih dahulu memahami sejarah Tiongkok.
Di dalam bukunya, Kissinger berbicara panjang lebar mengenai sejarah kuno dan sejarah modern Tiongkok, namun persis seperti kritikan The New York Times, yang ditulis Kissinger mengenai kebudayaan dan sejarah Tiongkok pada dasarnya disalin dari para sinolog. Ia membanggakan diri sebagai orang yang "mahir soal Tiongkok", tapi pernyataannya tersebut justru membuktikan bahwa ia tidak mengerti politik RRT, dan juga tidak memahami kebudayaan Tiongkok.
Meskipun Tiongkok memiliki sejarah feodalisme selama 2.000 tahun lamanya, yang merupakan salah satu penyebab hingga kini RRT masih dijajah oleh diktatorisme, tapi tidak ada hubungan langsung antara munculnya paham komunis di Tongkok dengan sejarah dan budaya Tiongkok itu sendiri, melainkan merupakan paham Marxisme yang dibawa masuk ke Tiongkok seiring dengan gema suara meriam revolusi Oktober Uni Soviet merupakan penghantar paham Marxisme ke Tiongkok. Muncul dan bangkitnya kekuasaan komunis di Tiongkok, lebih dikarenakan berkat semacam barang eksotis, sama sekali bukanlah berasal dari kebudayaan Tiongkok sendiri.
Jika mengacu pada kebudayaan tradisional dan sejarah Tiongkok, kalaupun sampai saat ini masih berwujud sistem pemerintahan diktator, maka model pemerintahannya seharusnya akan menjadi seperti gaya Chiang Kai Sek, dan jika lebih progresif, akan seperti model pemerintahan Singapura. Kissinger yang menekankan korelasi antara partai komunis dengan kebudayaan dan sejarah Tiongkok, sama saja dengan membuktikan bahwa ia sama sekali tidak mengerti akan budaya dan sejarah Tiongkok, ia betul-betul tidak mengerti sejarah-budaya Tiongkok. Dan membuat orang meragukan apakah ia mengerti paham komunis atau tidak.
Legenda Buka Gerbang Tiongkok
Kedua, karya baru Kissinger ini sama saja dengan bukunya berjudul Diplomacy terbitan 1994, yang lagi-lagi menyombongkan kunjungan rahasianya ke Beijing, dan "warisan politik" pembukaan gerbang Tiongkok. Tapi masyarakat RRT yang hanya memiliki sedikit pengetahuan politik pun tahu, bahwa kunjungan Nixon dan Kissinger pada 1972, justru hanya memperkuat posisi partai komunis, dan membuat rakyat Tiongkok semakin memuja Mao Zedong, serta semakin memperkuat kepercayaan mereka terhadap cuci otak komunis saja: "Lihat, bahkan presiden dan menlu negara adidaya pun datang mengunjungi Ketua Mao kita!" Jadi "membuka gerbang Tiongkok" itu sama sekali tidak eksis.
Tahun 1972 adalah masa akhir Revolusi Kebudayaan, dan bertepatan pada saat pamor Mao sedang merosot drastis. Revolusi Kebudayaan yang digerakkan Mao waktu itu semakin terlihat terus mendekati ambang kehancuran: seluruh penjuru negeri kacau, perekonomian hampir runtuh, keluhan rakyat semakin gencar. Bahkan "teman seperjuangan paling karib" Mao, Lin Biao, membelot namun tewas karena pesawatnya jatuh (menurut informasi, Mao sangat terpukul sejak saat itu).
Mao pernah dengan angkuh mengatakan, selama hidupnya ia telah melakukan dua hal besar, pertama adalah mengusir Chiang Kai Sek ke Taiwan, dan kedua adalah menggerakkan Revolusi Kebudayaan. Namun Revolusi Kebudayaan gagal, bahkan dirinya sendiri merasa setidaknya ia memikul separo tanggung jawab.
Tapi justru di saat seperti itu Presiden AS datang menghadap, yang sama saja dengan memberikan suntikan penguat jantung politis bagi Mao, menambah rasa bangga Mao sebagai raja penguasa dan legitimasi partai komunis Tiongkok. Selain itu, di dalam negeri sendiri, pembersihan dan penindasan politik Mao, monopoli total negara atas aspek ekonomi, pengendalian ala tirai besi atas kebudayaan berpikir dan lain-lain, sama sekali tidak ada perubahan setelah kunjungan itu; tidak bisa dibilang telah membuka gerbang negeri Tiongkok. Di dunia internasional, Mao tetap saja seperti dulu, bersekutu dengan komunis kecil lain seperti Kuba, Korea Utara dan lainnya.
Nixon dan Kissinger berhasil meraih lebih banyak lagi modal politik mereka di AS dan di internasional lewat "membuka gerbang Tiongkok" yang palsu ini. Lebih konyol lagi, hingga saat ini, seluruh AS dan Barat masih saja bersikeras mengakui adanya imajinasi "Nixon telah membuka gerbang Tiongkok". Hal yang nyata-nyata berupa legenda ini, tidak ada satu pun "pakar Tiongkok" di AS mengungkap fakta di baliknya, hal ini sungguh mencengangkan.
Tidak heran kalau hingga saat ini pun Kissinger masih saja menggembar-gemborkan jasanya dalam hal membuka gerbang Tiongkok ini. Perpustakaan Nixon yang didirikan di Kalifornia bahkan membuat sebuah aula pameran yang di dalamnya ditempatkan patung Nixon dan Mao pada saat pertemuan keduanya, dan menjadikannya sebagai pencapaian tertinggi Nixon di bidang diplomatik. Sama sekali tidak ada seorang pun mempertanyakan, menghadap seorang tiran, dan bertekuk lutut di hadapannya bukankah merupakan hal yang paling mudah di dunia ini? Sekarang ini jika Presiden Obama membawa serta Menlu Hillary untuk menghadap Presiden Iran Ahmadinejad, bukankah itu juga adalah "diplomasi" termudah di seluruh dunia?
Ambil Hati Diktator
Ketiga, buku On China ini masih saja menguraikan secara panjang lebar keadaan saat ia bertemu dengan Mao Zedong kala itu, terlontar banyak pujian, kata-kata manis, dan penilaian positif saat mendeskripsikan diktator ini. Seperti ia memuji Mao sebagai "raja filsuf" ; memuji "teori kontradiksi" Mao sebagai suatu "strategi yang tersohor", bahkan mengatakan bahwa "ini adalah pengabdian demi target akhir yang merupakan hasil evolusi dari konsep Komunitas Agung (Datong atau Great community) oleh Konfusius".
Bagaimana mungkin Mao memiliki konsep yang sama dengan Konfusius, bagaimana mungkin keduanya bisa disandingkan?
Kissinger sama sekali tidak tahu bahwa sebenarnya Mao paling membenci Konfusius (Konghucu), bukan hanya 4 tradisi kuno dan Konfusius dikritiknya pada saat Revolusi Kebudayaan, bahkan saat menghujat Lin Biao pun dikaitkannya dengan Konfusius, disebut dengan "kritik Lin - kritik Konfusius".
Karena sama sekali tidak memahami Mao, maka Kissinger berkata: "Jika RRT dapat bertahan bersatu terus hingga abad-21 mendatang dan menjadi negara super, maka masyarakat dunia pun akan memandang Mao setara dengan Kaisar Qin, segala bentuk tirani itu pun akan dipandang sebagai 'kejahatan yang diperlukan'."
Kenyataannya, adakah orang yang berpendapat demikian? Bukankah Kissinger hanya sekedar menyatakan pendapat pribadinya saja? Jika demikian halnya, akankah seorang Yahudi seperti Kissinger juga akan berpendapat bahwa Hitler yang telah membantai lebih dari 6 juta orang Yahudi juga merupakan "kejahatan yang diperlukan"? Bukankah Hitler hendak menghadang kecenderungan "komunisme merah" dari kalangan bangsa Yahudi sendiri?
Pada 2008, setelah AS meloloskan Hukum Keterbukaan Pemerintahan (open government laws), catatan dialog antara Nixon dan Kissinger dengan Mao Zedong kala itu pun ditunjukkan kepada publik, sehingga masyarakat pun dapat melihat sikap tidak terpuji dari para pejabat tinggi AS waktu itu saat mengambil hati diktator RRT. Seperti pernyataan Nixon di hadapan Mao Zedong yang mengatakan bahwa Ketua telah mengubah dunia. Lalu saat Mao Zedong menjawab sebuah pertanyaan dengan satu kata "Yes" yang singkat, Kissinger bahkan berusaha mengambil hati Mao dengan meminta kertas itu dengan mengatakan ingin menyimpannya untuk selamanya. Benar-benar perbuatan merendahkan diri sendiri.
Bak tulisan pejabat Deppen RRT
Keempat, Kissinger lagi-lagi menunjukkan kecerdikannya, atau tipu dayanya. Di dalam On China Kissinger bicara panjang lebar soal taktik, strategi perang, atau seni politik kekuasaan, yang dijelaskan dengan ungkapannya sendiri sebagai politik pragmatisme. Kenyataannya, Kissinger merupakan seorang tipikal politikus Barat yang memainkan tipu daya, yang dilihat hanyalah kepentingan, mahir dalam berkompromi dan bertransaksi, dan menekankan logika yang mengedepankan kepentingan dan bukan prinsip, bahwa musuh dari musuh adalah teman. Dan realisasinya adalah, kebijakan diplomatik AS sejak masa perang dingin hingga sekarang ini selamanya diwakili oleh Kissinger yang selalu menerapkan prinsip "bersekutu dengan penjahat kecil untuk melawan penjahat besar", dan kebijakan ini telah berkali-kali mencelakakan AS sendiri.
Saat AS menentang pendudukan Afganistan oleh Uni Soviet, AS pernah memberikan dukungannya kepada Taliban, dan akibatnya Taliban justru menjadi musuh paling bengis bagi AS. Kissinger sempat menjadi tokoh panutan dalam sejarah diplomatik AS, kenyataannya dampak negatif terhadap kebijakan diplomatik AS akibat jalur yang ditempuh oleh Kissinger ini jauh melampaui dampak positif yang diperoleh.
Dan karena jalan pikiran Kissinger berlandaskan pada tipu daya dan strategi kekuasaan, dan bukannya berpegang kukuh pada prinsip, jadi di dalam On China ini, Kissinger juga hanya menyebutkan sepintas saja mengenai penjajahan otoriter PKT serta korban jiwa dalam jumlah besar yang berjatuhan di era kepemimpinan Mao Zedong, hanya disebutkan sepintas lalu, bahkan Kissinger memuji militer PKT atas pembantaian terhadap rakyat dan pelajar yang dilakukan di Lapangan Tiananmen, dengan mengatakan bahwa pelajar menduduki lapangan di ibukota itu sebagai suatu strategi untuk menunjukkan bahwa pemerintah lemah dan tidak berdaya, dan hal itu telah "memaksa" pihak penguasa untuk mengambil tindakan gegabah, kasar dan lain sebagainya.
Bahkan resensi Wall Street Journal pun menyebutkan bahwa buku baru Kissinger ini "bab terakhir adalah bab yang paling lemah". Karena Kissinger menghindari menyinggung soal keadaan HAM di RRT yang kini sangat buruk, hanya menekankan stabilisasi dan perkembangan dan kemakmuran RRT serta bangkitnya suatu negara besar dan lain-lain. Logika dan gaya seperti ini memberikan kesan seolah buku ini ditulis oleh Departemen Propaganda PKT, dan sangat sesuai digunakan sebagai media cuci otak bagi rakyat RRT.
Andalkan sesuap nasi dari PKT
Kissinger yang telah berusia lanjut yakni 88 tahun masih saja berniat membina hubungan baik dengan PKT. Ia mengatakan, selama 40 tahun terakhir ia telah lebih dari 50 kali pergi ke RRT. Media massa barat mengatakan bahwa Kissinger mengandalkan sesuap nasi dari PKT. Ada berita menyebutkan bahwa sebuah perusahaan konsultan dagang yang dipimpin sendiri oleh Kissinger, sekitar 90% dari kliennya merupakan perusahaan AS dan Eropa yang berinvestasi di RRT.
Kissinger sama halnya dengan Nixon, keduanya adalah anggota Partai Republik, yang merupakan kaum sayap kanan dalam percaturan politik di AS. Namun bukunya kali ini tidak hanya dikritik The New York Times yang mendukung sayap kiri, bahkan Wall Street Journal yang mendukung sayap kanan pun tidak segan-segan mengkritiknya. Ia memihak PKT, mengorbankan prinsipnya, memainkan tipu daya dan strategi, dan merusak prinsipnya sendiri. Politikus yang hanya peduli pada menang-kalah dan tidak peduli kebenaran sangat tidak disukai baik oleh politikus kaum sayap kanan maupun sayap kiri AS.
Cara-cara tipu daya seperti ini mungkin akan menghasilkan sosok seperti malaikat bagi si politikus pada situasi tertentu, namun tidak akan bisa membawa dampak positif dalam suatu masyarakat demokratis yang sehat. Oleh karena itu, dalam jangka panjang jalur yang ditempuh oleh Kissinger ini hanya bisa dijadikan suatu pelajaran yang bersifat negatif.Penanggung Jawab :
http://www.epochtimes.co.id
sekarang telah hadir Let Us Study Versi Mobile untuk Study Holic
letusstudy01@gmail.com (Let Us Study) 11 Jul, 2011enclosure: application/xhtml+xml;charset=utf-8
--
Source: http://let-us-study.blogspot.com/2011/07/buku-kissinger-on-china-sesatkan-barat.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 komentar on BUKU KISSINGER ON CHINA SESATKAN BARAT :
Post a Comment and Don't Spam!