Oleh : Farid Wadjdi
We killed the man but not the ideology (kita membunuh orang namun bukan ideologinya)," ujar Tom Ridge ketika merespon kematian Usama bin Ladin (The Washington Times, 5/5/2011).
Tom Ridge bukanlah orang sembarangan. Dia pernah menjabat sebagal sekretaris keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat. Menurut dia Islamisme mengancam Amerika karena ideologi Islam bertentangan dengan nilai-nilai liberal Barat seperti pemerintahan demokrasi, liberalisme pemikiran dan berkeyakinan, serta kapitalisme. Inilah menurut dia yang terjadi saat ini antara Islam dan Barat: perang pemikiran. Way of Life (pandangan hidup) Islam dan Amerika, menurut Ridge, tidak bisa hidup berdampingan secara damai.
Ridge berbicara tentang itu pada pada saat peluncuran sebuah inisiatif baru, World Almanac Islamisme, yang dikembangkan oleh American Foreign Policy Council di Washington. The Almanak adalah "sumber daya komprehensif yang dirancang untuk melacak kenalkan atau penurunan Islam radikal di tingkat nasional, regional dan global". Ini adalah sumber online informasi bagi pengambil kebijakan, cendekiawan dan siapapun yang tertarik dengan perkembangan gerakan Islam.
Islamisme merupakan sebutan yang sering digunakan untuk Islam politik yang memperjuangkan ideologi Islam, yang ingin menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Pernyataan tentang perang pemikiran (ideologi) antara Islam dan Barat, seperti ini bukanlah pertama kali disampaikan oleh elit-elit politik maupun cendekiawan Barat. Dalam The Dash of Civilization (1996) Huntington menyatakan, "Bagi Barat, yang menjadi musuh utama bukanlah fundamentalisme Islam, tetapi Islam itu sendiri."
Senada dengan itu Henry Kissinger, politisi senior Amerika dan mantan asisten Presiden AS untuk urusan Keamanan Nasional 1969-1975 pada 2004 di Koran Hindustan Times menyatakan,"...Apa yang dinamakan terorisme di Amerika, sebenarnya adalah kebangkitan Islam radikal terhadap dunia sekular dan terhadap dunia yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam Kekhalifahan."
Para politisi dan cendekiawan Barat khawatir terhadap Islam karena mereka benar-benar menyadari, bahwa Islam bukanlah sekadar agama ritual, tetapi juga politik. Mereka paham, Islam meliputi segala aspek kehidupan, termasuk negara yang ideologis yang disebut Khilafah. Mereka juga secara terang-terangan menyatakan Ideologi dan nilai-nilai Barat yang sekular dan liberal bertentangan dengan Islam dan tidak bisa hidup berdampingan. Anehnya, masih ada yang disebutsebut intelektual dan ulama dari umat Islam sendiri, yang menyatakan Islam tidak mengatur masalah politik, Islam bukanlah ideologi, atau menyatakan tidak ada negara dalam Islam.
Karena itu, yang menjadi musuh bagi peradaban Barat bukan hanya gerakan-gerakan jihadis, tetapi juga gerakan Islam politik yang ingin menerapkan syariah Islam dan Khilafah. Bahkan penegak syariah dan Khilafahlah yang paling ditakuti oleh Barat. Khilafah akan mempersatukan umat Islam diseluruh dunia, membebaskan umat dari belenggu nasionalisme yang melemahkan umat dan menghentikan penjalahan Barat.
Tidak mengherankan kalau Barat tidak akan pernah bernegoisasi dan mentoleransi pendirian Khilafah dan syariah, seperti yang dinyatakan Charles Darke saat menjadi menteri dalam negeri Inggris (6/10/2005) di Heritage Foundation, "... There can be no negotiation about the recreation of the Caliphate. There can be no negotiation about the imposition of Shariah law ... "
Berbagai cara pun mereka lakukan untuk menghentikan penegakan Khilafah dan syariah, seperti membangun citra negatif dengan mengaitkan perjuangan Khilafah dengan terorisme. Mereka, misalnya, menuduh Hizbut Tahrir meskipun Hizbut Tahrir merupakan gerakan yang tidak menempuh jalan kekerasaan (non-violance) untuk menegakkan Khilafah.
Khilafah juga dicitrakan sebagai sistem yang buruk, zaman batu dan penuh darah. Hal itu mereka lakukan dengan cara mengambil beberapa peristiwa kelam dalam sejarah. Sebaliknya, sejarah peradaban emas Khilafah yang diakui dunia selama 13 abad yang panjang nyaris tidak disinggung. Mereka juga pura-pura tidak tahu atau tidak mau tahu, beberapa sejarah kelam Khilafah merupakan penyimpangan dari syariah Islam, bukan disebabkan oleh penerapan syariah Islam itu sendiri.
Mereka menutup mata terhadap peradaban Kapitalisme yang rusak saat ini. Mereka menutup mata terhadap pembantaian masal yang dilakukan Amerika dan sekutu Baratnya atas nama menegakkan demokrasi dan memerangi terorisme. Mereka menutup mata terhadap berbagai persoalan dunia seperti kemiskinan, kesenjangan antara negara maju dan dunia ketiga, krisis spritual, depresi sosial, yang muncul akibat penerapan ideologi Kapitalisme.
Barat mengeluarkan dana yang besar untuk membayar pemikir-pemikir liberal yang mereka didik dan mereka besarkan. Mereka ditugaskan untuk melakukan proyek deradikalisasi dengan tujuan menyesatkan atau mengaburkan ajaran Islam yang mulia terutama ide syariah, Khilafah dan jihad. Mereka menafsirkan ajaran Islam dengan pradigma liberal agar tunduk pada kepentingan penjajahan Barat.
Barat juga menggunakan para pengusa negeri Islam yang menjadi boneka mereka untuk menghalangi tegaknya syariah Islam. Mereka membunuh, memenjarakan dan menyiksa para aktifis Islam yang memperjuangkan syariah Islam. Itulah yang dilakukan oleh para tiran seperti Husni Mubarak (Mesir), Zainal Abidin bin Ali (Tunisia), Suharto (Indonesia), ataupun rezim keji Assad di Suriah.
Meski bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan HAM yang mereka usung, tetap saja para penguasa bengis ini mereka dukung karena ketakutan yang sangat besar terhadap tegaknya syariah dan Khilafah. Mereka pun pura-pura menjatuhkan penguasa bengis ini dan menendangnya tatkala mereka tidak lagi bermanfaat sebagai boneka. Lantas, mereka segera mencari penguasa boneka barn dengan tugas yang sama.
Akan tetapi, kebangkitan Islam, tegaknya syariah dan Khilafah, tidak akan bisa dibendung oleh siapapun. Barat Penjaiah kafir dan antek-anteknya, para penguasa Duna Islam yang bengis lupa, bahwa mereka berhadapan dengan ideologi sahih yang berasal dari Allah SWT Yang Mahakuasa. Mereka juga berhadapan dengan para aktifis Islam yang ikhlas, rela mengorbankan apa saja bahkan nyawa sekalipun untuk tegaknya syariah Islam. Mereka adalah para pejuang yang tidak menginginkan harta dan kedudukan dunia, tetapi surga-Nya. Karena itu, tindakan keji apapun yang dilakukan oleh Barat dan antek-anteknya tidak akan pernah menghentikan perjuangan umat Islam. Bahkan tindakan keji mereka itu akan menjadi api yang membakar gelora perjuangan lebih besar dan lebih besar lagi.
Di sisi lain, peradaban Barat semakin terpuruk dan menjelang ajal kematiannya karena bertentangan dengan akal sehat dan nilal-nilai kemanusian sejati serta menolak ajaran Allah SWT. Allah SWT berfirman (yang artinya): Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan di dalam hati mereka adalah lebih besar lagi (TQS Ali Imran [3]: 118).
ﻨﻮﺭ ﺳﯿﺴـﻮﺍ ﻨﻄﺎ 04 Jun, 2011We killed the man but not the ideology (kita membunuh orang namun bukan ideologinya)," ujar Tom Ridge ketika merespon kematian Usama bin Ladin (The Washington Times, 5/5/2011).
Tom Ridge bukanlah orang sembarangan. Dia pernah menjabat sebagal sekretaris keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat. Menurut dia Islamisme mengancam Amerika karena ideologi Islam bertentangan dengan nilai-nilai liberal Barat seperti pemerintahan demokrasi, liberalisme pemikiran dan berkeyakinan, serta kapitalisme. Inilah menurut dia yang terjadi saat ini antara Islam dan Barat: perang pemikiran. Way of Life (pandangan hidup) Islam dan Amerika, menurut Ridge, tidak bisa hidup berdampingan secara damai.
Ridge berbicara tentang itu pada pada saat peluncuran sebuah inisiatif baru, World Almanac Islamisme, yang dikembangkan oleh American Foreign Policy Council di Washington. The Almanak adalah "sumber daya komprehensif yang dirancang untuk melacak kenalkan atau penurunan Islam radikal di tingkat nasional, regional dan global". Ini adalah sumber online informasi bagi pengambil kebijakan, cendekiawan dan siapapun yang tertarik dengan perkembangan gerakan Islam.
Islamisme merupakan sebutan yang sering digunakan untuk Islam politik yang memperjuangkan ideologi Islam, yang ingin menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Pernyataan tentang perang pemikiran (ideologi) antara Islam dan Barat, seperti ini bukanlah pertama kali disampaikan oleh elit-elit politik maupun cendekiawan Barat. Dalam The Dash of Civilization (1996) Huntington menyatakan, "Bagi Barat, yang menjadi musuh utama bukanlah fundamentalisme Islam, tetapi Islam itu sendiri."
Senada dengan itu Henry Kissinger, politisi senior Amerika dan mantan asisten Presiden AS untuk urusan Keamanan Nasional 1969-1975 pada 2004 di Koran Hindustan Times menyatakan,"...Apa yang dinamakan terorisme di Amerika, sebenarnya adalah kebangkitan Islam radikal terhadap dunia sekular dan terhadap dunia yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam Kekhalifahan."
Para politisi dan cendekiawan Barat khawatir terhadap Islam karena mereka benar-benar menyadari, bahwa Islam bukanlah sekadar agama ritual, tetapi juga politik. Mereka paham, Islam meliputi segala aspek kehidupan, termasuk negara yang ideologis yang disebut Khilafah. Mereka juga secara terang-terangan menyatakan Ideologi dan nilai-nilai Barat yang sekular dan liberal bertentangan dengan Islam dan tidak bisa hidup berdampingan. Anehnya, masih ada yang disebutsebut intelektual dan ulama dari umat Islam sendiri, yang menyatakan Islam tidak mengatur masalah politik, Islam bukanlah ideologi, atau menyatakan tidak ada negara dalam Islam.
Karena itu, yang menjadi musuh bagi peradaban Barat bukan hanya gerakan-gerakan jihadis, tetapi juga gerakan Islam politik yang ingin menerapkan syariah Islam dan Khilafah. Bahkan penegak syariah dan Khilafahlah yang paling ditakuti oleh Barat. Khilafah akan mempersatukan umat Islam diseluruh dunia, membebaskan umat dari belenggu nasionalisme yang melemahkan umat dan menghentikan penjalahan Barat.
Tidak mengherankan kalau Barat tidak akan pernah bernegoisasi dan mentoleransi pendirian Khilafah dan syariah, seperti yang dinyatakan Charles Darke saat menjadi menteri dalam negeri Inggris (6/10/2005) di Heritage Foundation, "... There can be no negotiation about the recreation of the Caliphate. There can be no negotiation about the imposition of Shariah law ... "
Berbagai cara pun mereka lakukan untuk menghentikan penegakan Khilafah dan syariah, seperti membangun citra negatif dengan mengaitkan perjuangan Khilafah dengan terorisme. Mereka, misalnya, menuduh Hizbut Tahrir meskipun Hizbut Tahrir merupakan gerakan yang tidak menempuh jalan kekerasaan (non-violance) untuk menegakkan Khilafah.
Khilafah juga dicitrakan sebagai sistem yang buruk, zaman batu dan penuh darah. Hal itu mereka lakukan dengan cara mengambil beberapa peristiwa kelam dalam sejarah. Sebaliknya, sejarah peradaban emas Khilafah yang diakui dunia selama 13 abad yang panjang nyaris tidak disinggung. Mereka juga pura-pura tidak tahu atau tidak mau tahu, beberapa sejarah kelam Khilafah merupakan penyimpangan dari syariah Islam, bukan disebabkan oleh penerapan syariah Islam itu sendiri.
Mereka menutup mata terhadap peradaban Kapitalisme yang rusak saat ini. Mereka menutup mata terhadap pembantaian masal yang dilakukan Amerika dan sekutu Baratnya atas nama menegakkan demokrasi dan memerangi terorisme. Mereka menutup mata terhadap berbagai persoalan dunia seperti kemiskinan, kesenjangan antara negara maju dan dunia ketiga, krisis spritual, depresi sosial, yang muncul akibat penerapan ideologi Kapitalisme.
Barat mengeluarkan dana yang besar untuk membayar pemikir-pemikir liberal yang mereka didik dan mereka besarkan. Mereka ditugaskan untuk melakukan proyek deradikalisasi dengan tujuan menyesatkan atau mengaburkan ajaran Islam yang mulia terutama ide syariah, Khilafah dan jihad. Mereka menafsirkan ajaran Islam dengan pradigma liberal agar tunduk pada kepentingan penjajahan Barat.
Barat juga menggunakan para pengusa negeri Islam yang menjadi boneka mereka untuk menghalangi tegaknya syariah Islam. Mereka membunuh, memenjarakan dan menyiksa para aktifis Islam yang memperjuangkan syariah Islam. Itulah yang dilakukan oleh para tiran seperti Husni Mubarak (Mesir), Zainal Abidin bin Ali (Tunisia), Suharto (Indonesia), ataupun rezim keji Assad di Suriah.
Meski bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan HAM yang mereka usung, tetap saja para penguasa bengis ini mereka dukung karena ketakutan yang sangat besar terhadap tegaknya syariah dan Khilafah. Mereka pun pura-pura menjatuhkan penguasa bengis ini dan menendangnya tatkala mereka tidak lagi bermanfaat sebagai boneka. Lantas, mereka segera mencari penguasa boneka barn dengan tugas yang sama.
Akan tetapi, kebangkitan Islam, tegaknya syariah dan Khilafah, tidak akan bisa dibendung oleh siapapun. Barat Penjaiah kafir dan antek-anteknya, para penguasa Duna Islam yang bengis lupa, bahwa mereka berhadapan dengan ideologi sahih yang berasal dari Allah SWT Yang Mahakuasa. Mereka juga berhadapan dengan para aktifis Islam yang ikhlas, rela mengorbankan apa saja bahkan nyawa sekalipun untuk tegaknya syariah Islam. Mereka adalah para pejuang yang tidak menginginkan harta dan kedudukan dunia, tetapi surga-Nya. Karena itu, tindakan keji apapun yang dilakukan oleh Barat dan antek-anteknya tidak akan pernah menghentikan perjuangan umat Islam. Bahkan tindakan keji mereka itu akan menjadi api yang membakar gelora perjuangan lebih besar dan lebih besar lagi.
Di sisi lain, peradaban Barat semakin terpuruk dan menjelang ajal kematiannya karena bertentangan dengan akal sehat dan nilal-nilai kemanusian sejati serta menolak ajaran Allah SWT. Allah SWT berfirman (yang artinya): Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan di dalam hati mereka adalah lebih besar lagi (TQS Ali Imran [3]: 118).
--
Source: http://www.al-khilafah.co.cc/2011/06/perang-ideologi.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 komentar on Perang Ideologi :
Post a Comment and Don't Spam!